Dakwah telah menjadi jalan hidup bagi Habib Ahmad al-Habsyi sejak kecil. Kemampuan ini diperolehnya dengan latihan sungguh-sungguh dan usaha tak kenal lelah. Kita pun bisa mengambil pelajaran darinya.
Pemirsa televisi pasti tidak asing dengan Ustadz Ahmad al-Habsyi. Pria kelahiran Palembang tahun 1980 ini kerap mengisi acara keagamaan maupun acara pada bulan Ramadhan di beberapa stasiun televisi nasional. Ustadz al-Habsyi, ~demikian para jamaah memanggilnya~ adalah putra Ustadz Abu Bakar Al Habsyi, ulama kesohor asal Palembang, Sumatera.
Awal berkiprah berdakwah ini dimulai sejak dirinya duduk dikelas 3 SMP, tahun 1993. Diusianya ke-13 tahun, Ustadz al-Habsyi mengikut lomba pidato tingkat nasional yang dibuka almarhum Ibu Tien Soeharto di Istana Merdeka. Dengan kemampuan yang dimiliki, al-Habsyi kecil mampu menyingkirkan ratusan peserta dari seluruh perwakilan nusantara, ia pun masuk dalam 10 besar.
al-Habsyi kecil merasa bangga karena berhasil menjadi satu-satunya perwakilan Madrasah Tsanawiyah se Palembang. Ia pun bertekad dan termotivasi untuk bisa menjadi dai terkenal. “Jika seseorang memiliki ilmu, maka ilmu itu akan membuatnya mulia, apalagi itu berhubungan dengan agama,” ujar Ustadz al-Habsyi semangat.
Pada tahun 1995, Al-Habsyi muda nekat mendampingi dakwah ayahnya keliling ke beberapa wilayah mulai dari dalam negeri hingga ke mancanegara. Beberapa negara tetangga yang pernah ia kunjungi seperti Malaysia dan Singapura. Saat itu, Ustadz Al-Habsyi yang selalu murah senyum ini lebih dikenal sebagai Mubalig Cilik.
Semangat Ustadz Al-Habsyi untuk belajar dakwah terus tumbuh hingga ia masuk ke sebuah Pondok Pesantren Ar Riyadh di Palembang. “Saya ingin menguasai ilmu dakwah Abuya ( panggilan kehormatan ayahnya ),” tegas pria yang suka lagu-lagu Arabic dan shalawat ini.
Hingga pada suatu ketika, salah satu stasiun televisi swasta nasional mengundang Ustadz al-Habsyi mengisi program acara keagamaan pada bulan Ramadhan. Tak tanggung-tanggung, Ustadz Al-Habsyi didapuk duet bersama Ustadz Jefri Al-Buchori (alm).
Kesempaan itu tak disia-siakan Ustadz Al-Habsyi untuk berdakwah dengan segenap kemampuannya. Ustadz Al-Habsyi mengemas kata-kata penuh makna dengan bahasa yang baru dan segar. Dengan kemampuan ini, ceramah yang disampaikan selalu mampu membawa suasana apa pun menjadi santai, tenang dengan low profile. Isi ceramahnya yang mudah di cerna membuat pecinta dakwah di Tanah Air semakin gandrung dengan Ustadz Al-Habsyi al-Habsyi.
Kesuksesan pertama di layar kaca televisi ini membuat nama Ustadz al-Habsyi dengan wajah gantengnya mulai dibicarakan banyak orang. Akhirnya informasi dari mulut ke mulut terbentuk di masyarakat. Akhirnya sjumlah stasiun televisi swasta lainnya pun tertarik menawarkan kontrak kerjasama untuk mengisi acara bulan Ramadhan dan sentuhan ruhani pada acara Agama Islam.
Ustadz Al-Habsyi kini telah menjadi salah satu dai muda asal Palembang untuk kaum Muslimin di Tanah Air. Kesibukannya tidak hanya mengisi ceramah di stasiun televisi saja namun juga menjadi pengasuh Pengajian Darussalam, Palembang. Kesantunan dan kelembutan hatinya telah memberi andil bagi syiar Islam dengan penuh kedamaian.
Dakwah bi al-Hikmah
Suami dari Aisyah Aminah ini memang memiliki kharisma yang kuat. Pecinta dakwah di Tanah Air akan semakin paham berbagai persoalan yang dibahas Ustadz Ahmad al-Habsyi dalam suasana santai. Dalam sebuah kesempatan Ustadz al-Habsyi mengatakan bahwa dakwah harus disampaikan dengan hikmah.
Dakwah bil Hikmah memiliki banyak makna. Diantaranya dengan kata-kata lembut dan penuh kasih sayang. Cara seperti ini sebagaimana diterapkan Rasulullah SAW ketika menyampaikan kebenaran Islam di hadapan kaum kafir Quraisy baik di Makkah maupun di Madinah.
Esensi dakwah bil Hikmah ini mampu merubah wajah kota Makkah yang jahiliyah menjadi kota mulia (Makkah al-Mukarromah), Madinah menjadi kota yang bersinar (Madinah al-Munawarah). ”Berikan yang terbaik untuk Islam, maka engkau tidak akan rugi selamanya,” paparnya.
Sosok pekerja keras ini juga membagi tips bagaimana manusia bisa meraih kesuksesan hidup di dunia dan akhirat. Menurutnya, seseorang akan mampu meraih kesuksesan manakala mampu berjuang sungguh-sungguh dengan hati yang ikhlas dan dalam ketaqwaan kepada Allah SWT.
Hati yang ikhlas adalah kekuatan bersemayang yang akan menguatkan seseorang dalam perjuangan. Ketaqwaan merupakan kunci kekuatan, di mana Allah akan selalu memberi dukungan dan jalan terbaik untuk manusia yang berusaha. Sehingga usaha seseorang tidak ada yang gagal namun semua menjadi keberhasilan sebagai sebuah ibadah.
Tak tanggung-tanggung, Ustadz Al-Habsyi mengajarkan bagaimana mengubah simbol kapitalis menjadi pemacu semangat manusia. Simbol kapitalis itu adalah DUIT yang dijabarkan oleh Ustadz al-Habsyi menjadi Doa, Usaha, Ikhtiar dan Taqwa (DUIT).
”Kalau hendak mendapatkan Duit banyak, berarti seseorang harus rajin-rajin menjalankannya,” ujar al-Habsyi sambil tersenyum. [FR&AM].