SUARAMASJID| Garut–Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-Ulama) Ustaz Bachtiar Nasir menyampaikan tausiyahnya dengan gegap gempita. Dia menjelaskan, sejarah ulama sejak zaman pra dan pasca kemerdekaan dalam mengawal kedaulatan NKRI.
“Ketika Jamiat Khair dibubarkan, maka Al Irsyad berdiri, Persis berdiri, Nahdlatul Ulama berdiri, Muhammadiyah berdiri, itu semua adalah stake holder dan para pemegang saham NKRI,” jelas Bachtiar dalam tausiyahnya di lapangan Kerkhof, Garut, Jawa Barat, Sabtu (11/11).
Bachtiar meyakini, jamaah yang datang merupakan orang-orang yang tidak pernah putus asa mempersatukan umat Islam. Mereka itu, lanjutnya, orang yang siap bersatu untuk Indonesia dan siap mempersatukan Indonesia.
“Kalau bukan resolusi Jihad KH Hasyim Asy’ari, tidak akan ada perjuangan melawan penjajajahan. Kita tidak perlu ragu lagi terhadap perjuangan para ulama Nahdlatul Ulama. Termasuk Banser, sejak awal didirikan adalah untuk menjaga keutuhan NKRI,” imbuhnya sambil menggunakan baret Kokam (Komando Kesiapsiagaan Muhammadiyah).
Pendiri AQL itu menyerukan ke peserta untuk tidak alergi dan phobia dengan bendera tauhid. Sebab, bendera tersebut sudah digunakan sejak lama oleh para pejuang dalam konteks keindonesiaan.
“Alergi dengan bendera hitam? Alergi dengan bendera putih? Pasukan Hizbullah dan Pasukan Fii Sabilillah berhasil mengibarkan bendera merah putih. Siapkah kita melanjutkannya? Takbir,” teriak Bachtiar sambil terus menyemangati para peserta dengan lagu halo-halo Bandung.
Bachtiar menjelaskan, ketika perbedaan dibingkai dengan keimanan dan bingkai kesilaman, perbedaan itu akan menjadi indah dan berkah. Yang tidak boleh, sambungnya, adalah tafarruq (berpecah belah). [FR]