Tokoh Anshar yang pertama kali masuk Mekah dan menyatakan diri masuk Islam adalah Ubadah bin Shamit.
Ia mengangkat bai’at kepada Rasulullah untuk masuk Islam, bai’at ini dikenal sebagai Baiatul Aqabah I. Ia pun menjadi pemimpin yang dipilih Muhammad sebagai utusan yang mewakili keluarga dan kaum kerabat mereka.
Ketika datang musim haji, yakni saat terjadinya Bai’atul Aqabah II yang dilakukan oleh utusan Anshar Anshar terdiri dari 70 orang beriman, maka Ubadah menjadi tokoh utusan dan wakil orang-orang Anshar itu.
Semenjak ia menyatakan Allah dan Rasul sebagai pilihannya, maka dipikulnya segala tanggung jawab akibat pilihannya itu dengan sebaik-baiknya. Segala cinta kasih dan ketaatannya hanya tertumpah kepada Allah.
Sejak dulu, keluarga Ubadah telah terikat dalam suatu perjanjian dengan orang-orang Yahudi suku Qainuqa’di Madinah. Ketika Rasulullah saw bersama para sahabatnya hijrah ke kota ini, orang-orang yahudi memperlihatkan sikap damai dan persahabatan terhadapnya. Tapi setelah terjadi perang Badar dan Uhud, orang-orang yahudi di Madinah mulai menampakkan belangnya. Salah satu qabilah mereka yaitu Bani Qainuqa’ membuat ulah untuk menimbulkan fitnah dan keributan di kalangan kaum Muslimin.
Melihat kenyataan itu, Ubadah tak tinggal diam. Secepatnya ia melakukan tindakan yang setimpal dengan jalan membatalkan perjanjian dengan mereka, katanya: “Saya hanya akan mengikuti pimpinan Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman.
Tak berapa lama setelah peristiwa itu turunlah ayat al-Qur’an memuji sikap dan kesetiaannya ini; “Dan barangsiapa yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang beriman sebagai pemimpin, maka sungguh, partai atau golongan Allah-lah yang beroleh kemenangan..” (QS. al-Maidah: 56)
Demikianlah, Ubadah bukan hanya menjadi juru bicara tokoh-tokoh Anshar di Madinah semata, tetapi tampil sebagai seorang juru bicara para tokoh Agama yang akan meliputi seluruh pelosok dunia.
Ubadah yang mulanya hanya menjadi wakil kaum keluarganya dari suku Khazraj, sekarang meningkat menjadi salah seorang pelopor Islam, dan salah seorang pemimpin kaum Muslimin. Namanya tak ubahnya sebagai bendera yang berkibar di sebagian besar penjuru bumi.
Ubadah menjadi sosok yang menjauhkan dirinya dari usaha-usaha duniawi, seperti harta, kemewahan serta kekuasaan, yang dikhawatirkan akan merusak agama Allah. Oleh karenanya ia berangkat ke Syria bersama tiga sekawan: Mu’adz bin Jabal dan Abu Darda untuk menyebarluaskan ilmu Islam sehingga memberikan cahaya di negeri itu.
Ubadah adalah termasuk rombongan perintis yang telah menjalani sebagian besar dari hari-hari terbaiknya, saat terpenting dan paling berkesan bersama Rasulullah. Rombongan pelopor yang bergelimang dalam kancah perjuangan dan ditempa oleh pengurbanan. Ia menganut Islam karena kemauan pribadi dan bukan karena menjaga keselamatan diri, pendeknya yang telah menjual harta benda dan dirinya kepada Ilahi Rabbi.
Tahun 34 Hijriah, Ubadah wafat di Ramla di bumi Palestina; wakil ulung di antara wakil-wakil Anshar khususnya dan Agama Islam pada umumnya, dengan meninggalkan teladan yang tinggi dalam arena kehidupan. Semoga Allah memberi kita kemampuan mencontoh amal bakti para Assabiqunal-awwalun dan dapat melaksanakannya dalam keseharian sehingga kita menjadi syuhada’. [FR]