Saqqab, orang yang memperbaiki atap. Itulah nama kecil dari Tuan Guru H Muhammad Zainuddin bin Abdul Madjid Al Amfani Al Fancuri. Nama itu disematkan oleh sang ayah, Tuan Guru H Abdul Madjid, setelah ia bermimpi bertemu dengan seorang ulama dari Tarim Hadromaut.
Zainuddin adalah anak bungsu dari enam bersaudara yang lahir di Desa Pancor Lombok Timur pada 11 Mei 1906. Kakak kandungnya lima orang, yakni Siti Syarbini, Siti Cilah, Hj Saudah, H Muhammad Sabur dan Hj Masyitah. Sang ayah, Abdul Madjid terkenal dipenggil “Guru Mu’minah” adalah seorang mubaligh dan terkenal pemberani. Ia bahkan pernah memimpin pertempuran melawan kaum penjajah, sedangkan ibunya Hj Halimah al-Sa’diyah terkenal sangat salehah.
Setelah berusia 9 tahun, Zainuddin memasuki pendidikan formal yang disebut Sekolah Rakyat Negara, hingga tahun 1919. Setelah menamatkan pendidikan formalnya, ayahnya menyerahkan anaknya ke beberapa Tuan Guru di Lombok untuk belajar agama, antara lain TGH Syarafudin, TGH Muhammad Sa’id, dan TGH Abdullah bin Amaq Dulaji. Ketiga gurunya mengajarkan ilmu agama dengan sistem halaqah, yaitu para santri duduk bersila di atas tikar dan mendengarkan guru membaca kitab yang sedang dipelajari, kemudian masing-masing murid secara bergantian membaca.
Untuk lebih memperdalam ilmu agama, Zainuddin remaja berangkat menuntut ilmu ke Makkah diantar kedua orangtuanya. Saat itu, ia berusia 15 tahun, ketika menjelang musim Haji tahun 1923. ia pun tinggal di rumah kontrakan di Suqullail, Makkah.
Kejeniusan Zainuddin sangat di kagumi oleh para gurunya. Bahkan ketika masuk di Madrasah Al-Shaulatiyah sebagaimana lazimnya setiap pelajar yang akan belajar di sana harus melalui tes, dan yang memberikan tes tersebut adalah direktur Al Shaulatiyyah sendiri Syekh Salim Rahmatullah dan Syaikh Hasan Muhammad Al-Masysyath. Hasilnya cukup mencengangkan, Zainuddin lulus tes dan ditempatkan langsung di tingkat tiga. Namun dengan kerendahan hatinya, Zainuddin meminta agar dirinya masuk ke tingkat dua untuk mendalami ilmu Nahwu Shorof.
Berkat perjuangan keras dalam belajar, dan doa kedua orangtuanya, Abdul Madjid dan Hj Halimatus Sa’diyah, Zainuddin lulus dengan predikat Mumtaz (camlaude). Sebagai penghargan atas prestasinya, Direktur Madrasah mengundang Ahli Kaligrafi terbaik di Makkah untuk menulis ijazah Zainuddin.
Bahkan sosok ahli hadis di Makkah, Habib Muhammad Alwi Al Maliki pernah mengatakan, “Tidak ada para ulama dan pelajar di Makkah yang tidak mengenal Syech Zainuddin , beliau adalah ulama besar yang memiliki segudang ilmu bukan hanya milik bangsa Indonesia tapi milik umat Islam sedunia.”
Selama hampir 13 tahun belajar di Makkah, Zainuddin akhirnya kembali ke Tanah Air. Saat itu, suasana konflik masih menyelimuti negeri ini dari tangan penjajah Belanda. Kondisi inilah yang kemudian membangkitkan dirinya untuk berdakwah dan melakukan perlawanan terhadap penjajah.
Zainuddin melakukan dakwah ke berbagai pelosok daerah dan terkenal dengan sebutan “Guru Bajang” . Melihat kondisi masyarakat Lombok yang masih terbelenggu oleh kebodohan dan keterbelakangan, Zainuddin merasa tertantang untuk membenahi masyarakatnya yang masih dalam jajahan Belanda, Jepang, Hindu Bali (Anak Agung Karangasem) dengan pencerdasan agama.
Akhirnya pada tahun 1934, Zainuddin mendirikan pesantren bernama “Al Mujahidin” yang merupakan cikal bakal berdirinya “Nahdlatul Wathon” yang di didirikan pada 22 Agustus 1937.
Perkembangan Nahdlatul Wathon cukup pesat, hingga saat ini telah organisasi ini telah memiliki ribuan cabang di seluruh Nusantara, perkembangan tersebut tak lepas dari peran serta para muridnya yang membuka cabang di daerah tinggalnya masing masing.
Nahdlatul Wathan yang berarti Membela Tanah Air menjadi pemicu untuk terus berjuang dari kebodohan dan penjajahan. Dengan berbekal ilmu yang dimiliki, ia mampu tampil sebagai seorang ulama yang mempunyai kompetensi besar dalam membentuk kader ulama. Jenjang pendidikan khusus untuk mencetak kader ulama diberi nama Ma’had Darul Qur’an wal Hadis.
Zainuddin tak pernah berhenti berjuang untuk mencerdaskan masyarakat Lombok, ia berupaya melakukan inovasi untuk meningkatkan pengetahuan agama masyarakat. Itu sebabnya, ia membuat rintisan dengan memperkenalkan sistem madrasi dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran agama di NTB, membukan lembaga pendidikan khusus bagi wanita, mengadakan Syafatul Qubra, meciptakan hizib tarekat Nahdaltul Wathan, membuka sekolah umum di samping sekolah agama, menyususn nazham berbahasa Arab bercampur bahasa Indonesia.
Pemikiran dan Karyanya
Konsep pendidikan yang diajarkan Zainuddin tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan (kognitif), tetapi juga pemupukan moral, melatih dan mempertinggi nilai-nilai kemanusiaan. Baginya, pendidikan merupakan kewajiban manusia untuk mengabdi kepada Allah swt.
Selama di Makkah, Zainuddin memiliki jaringan intelektual yang luar biasa, terutama silsilah guru-guru yang didapatinya selama di Makkah. Jaringan ini mencerminkan betapa luasnya pengembaraan mencari ilmu dan matangnya keilmuwan Zainuddin. Silsilah keilmuwan yang diperolehnya tidak dalam satu mata rantai dalam setiap cabang keilmuwan, melainkan beberapa guru yang memiliki kemampuan dan pengetahuan agama yang luas.
Zainuddin dikenal sebagai ulama yang tidak sekadar menekuni dunia pendidikan di pesantren dan masyarakat, tetapi juga sebagai penulis dan pengarang yang produktif yang bakatnya ini timbul sejak masih belajar di Makkah. Beberapa karya yang dihasilkan bentuk kitab, kumpulan doa, dan lagu-lagu perjuangan dalam bahasa Arab, Indonesia, dan Sasak.
Dengan demikian, sosok Zainuddin selain dikenal sebagai ulama yang memiliki kepedulaian tinggi terhadap dunia pendidikan Islam, ia juga mampu menuliskan pikiran-pikirannya untuk memberikan warisan yang paling berharga bagi penerus-penerusnya.
Tuan Guru H Muhammad Zainuddin Abdul Madjid meninggal dunia di Desa Pancor, Lombok Timur, 21 Oktober 1997 pada umur 99 tahun, dialah sosok pendiri Nahdlatul Wathan, sebuah organisasi massa Islam terbesar di provinsi Nusa Tenggara Barat.
Boks
Karya-karya Tuan Guru H Zainuddin bin Abdul Majid antara lain:
- Risalah al-Tauhid
- Sullam al-Hija’
- Syarah Safinah al-Najah
- Nahdlah al-Zainiyyah
- Al-Tuhfah al-Ampananiyah
- Al-Fawakih al-Nahdliyyah
- Mi’raj al-Sibyan ila Samaim al-Bayan
- Anfat ‘Ala Tarikah al-Tsaniyah
- Hizib Nahdlatul Wathan
- Hizib Nahdlatul Banat
- Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan
- Batu Ngumpal Anak Nunggal
- Tarekat Batu Ngumpal
- Wasiat Renungan Masa I
- Wasiat Renungan Masa II
- Ta’sis NWDI
- Imamuna al-Syafi’i
- Mi’raj al-Sibyan
- Siraj a-Qulub fi Da’iyat ‘Alamat al-Guyub
Kiprah sosial-keagamaannya:
- Mendirikan Pesantren Al-Mujahidin (1943)
- Mendirikan Madrasah NWDI (1937)
- Mendirikan Madrasah NBDI (1943)
- Pelopor kemerdekaan RI untuk daerah Lombok (1945)
- Pelopor Penggempuran Nica di Selong Lombok Timur (1946)
- Menjadi Amirul Hajji dari negara Indonesia Timur (1947)
- Anggota delegasi Negara Indonesia Timur ke Saudi Arabia (1948)
- Konsultan NU Sunda Kecil (1950)
- Ketua badan penasehat Masyumi Daerah Lombok (1952)
- Mendirikan organisasi Nahdlatul Wathan (1953)
- Ketua Umum PBNW pertama (1953)
- Merestui terbentuknnya NU dan PSII di Lombok (1953)
- Merestui terbentuknya PERTI Cabang Lombok (1954)
- Anggota Konstituante RI hasil Pemilu I 1955
- Menjadi peserta KIAA (Konferensi Islam Asia Afrika) di Bandung (1964)
- Mendirikan Akademi Paedagogik NW(1964)
- Mendirikan Ma’had Darul Qur’an Wal Hadist Al Majidiah Asy Syafi’iyah Nadlatul Wathan (1965)
- Anggota MPR RI hasil Pemilu II dan III (1972)
- Penasehat Majelis Ulama’ Indonesia Pusat (1971)
- Mendirikan Ma’had Lil Banat (1974)
- Ketua Penasehat bidang Syara’ Rumah Sakit Islam Siti Hajar Mataram (1975)
- Menjadi Rektor Universitas Hamzan Wadi (1977)
- Mendirikan Universitas Hamzan Wadi(1977)
- Mendirikan Fakultas Tarbiyah Universitas Hamzan Wadi(1977)
- Mendirikan STKIP Hamzan Wadi (1978)
- Mendirikan Sekolah Ilmu Syari’ah Hamzan Wadi (1978)
- Mendirikan Yayasan Pendidikan Hamzan Wadi (1982)
- Mendirikan Universitas Nahdlatul Nathan di Mataram (1987)
- Mendirikan Sekolah Ilmu Hukum Hamzan Wadi (1987)
- Mendirikan Sekolah Ilmu Da’wah Hamzan Wadi (1990)
- Mendirikan Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) putra putri (1994)
- Mendirikan Institut Agama Islam Hamzan Wadi (1996)