Oleh: Fathurroji NK
SUARAMASJID.com| JUMAT, 13 Januari 2017. Ketika Nabi Muhammad saw hijrah dari Mekah ke Madinah, yang pertama Nabi lakukan adalah membangun Masjid Quba. Tak lama setelah itu, beliau membangun Masjid Nabawi. Bangunan fisik masjid zaman itu masih sangat sederhana. Lantainya tanah, dinding dan atapnya pelepah kurma. Namun demikian, masjid memainkan peranan yang sangat signifikan dan menjalankan multifungsi dalam pembinaan umat saat itu.
Fungsi masjid pada masa Nabi tidak hanya sebagai tempat beribadah mahdhah, seperti salat dan zikir. Namun masjid juga sebagai tempat pendidikan, tempat latihan militer dan persiapan perang, tempat pengobatan para korban perang, tempat mendamaikan dan menyelesaikan sengketa, tempat menerima utusan delegasi atau tamu, sebagai pusat penerangan dan pembelaan agama.
Didikan dan binaan Rasulullah di masjid inilah yang kemudian melahirkan tokoh-tokoh yang berjasa dalam pengembangan Islam ke seantero dunia. Contohnya, Abu Bakar Shiddiq, Umar bin al-Khatab, Usman bin ‘Affan, Ali bin Abi Thalib, dan lain-lain.
Di masjid, Nabi mendidik para sahabatnya dan mengajarkan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Di Masjid, dilatih para da’i untuk kemudian dikirim ke berbagai daerah mengajarkan Islam kepada penduduknya. Masjid pun menjadi pusat berkembangnya ilmu-ilmu keislaman.
Masjid juga digunakan sebagai tempat bertemunya pemimpin (pemerintah) dengan rakyatnya. Bermusyawarah membicarakan berbagai kepentingan bersama. Selain itu, masjid juga sebagai pusat kegiatan-kegiatan ekonomi. Di masjid, dibangun baitul maal, dihimpun harta dari orang-orang kaya kemudian didistribusikan kepada fakir miskin dan orang yang membutuhkan dana.
Itu masjid tempoe doeloe. Ketika Nabi Muhammad masih melakukan didikan langsung kepada para sahabatnya. Setidaknya, gambaran akan peran dan fungsi masjid telah menjadi kawah condrodimuko bagi para sahabat untuk mendalami ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad.
Di jaman penuh dengan informasi seperti sekarang ini, masjid harus memainkan perannya lebih luas lagi. Tak hanya sekadar urusan ibadah shalat dan zikir, namun lebih dari itu harus menjadi corong umat Islam dalam hal informasi. Bertebarannya media sosial seperti saat ini, banyak informasi sumir yang jika tidak bisa menyaringnya akan menjadi penyakit hati yang bisa merusak amalan umat Islam.
Era media sosial harus menjadi pintu masuk masjid untuk lebih aktif memerankan fungsinya sebagai wadah untuk menggali informasi, baik melalui kegiatan-kegiatan keilmuan, keterampilan, sehingga masjid menjadi penyeimbang informasi yang betebaran di luar sana.
Seperti yang sudah saya bahas di Catatan Jumat pekan lalu, bahwa masjid memiliki potensi yang besar untuk menjadi wadah untuk melahirkan informasi yang baik bagi umat di sekelilingnya, bila masjid benar-benar memberdayakan pengurus atau remaja masjidnya.
Biasanya, para pengurus masjid adalah sosok yang sudah sepuh-sepuh, untuk itu masjid membutuhkan backup dari kalangan muda yaitu remaja masjid untuk menggiatkan informasi masjid. Antara yang sepuh dengan remaja saling bersinergi untuk memakmurkan masjid, bukan sebaliknya tidak connect bahkan jalan sendiri-sendiri. Persoalan umat Islam saat ini membutuhkan sinergi yang muda dan yang tua untuk menjalankan sebuah program besar keumatan.
Dalam catatan Jumat kali ini, saya hanya fokuskan pada bagaimana melahirkan Satu Masjid, Satu Jurnalis. Di mana peran jurnalis ini nantinya bisa menginformasikan seluruh kegiatan yang ada di masjid dan di sekitar masjid tentang persoalan keumatan dan solusinya.
Kita tahu bahwa kekuatan negara-negara besar saat ini sangat didukung oleh kekuatan media di belakangnya. Media berperan membentuk opini di masyarakat sehingga pesan-pesan yang dilahirkan dari media pelan tapi pasti diserap masyarakat dan dijadikan sebagai acuan berpikir, bertindak.
Tidak muluk-muluk, jika Satu Masjid, Satu Jurnalis ini bisa lahir, maka akan lahir sumber daya manusia yang bisa menulis dengan konsep Islami, yang mengedepankan tabayyun dalam pemberitaan. Slogan bad news good news dalam Islam tidak berlaku, tetapi good news is good news.
Mulai sekarang, sudah saatnya pengurus masjid memikirkan kembali uang khas yang selama ini dipakai pengurus untuk kebutuhan melahirkan jurnalis dari masjid. Pengurus bisa memberdayakan remaja masjidnya untuk merangsang mereka berkarya di dunia tulis menulis. Insya Allah ini akan sangat besar manfaatnya untuk syiar masjid selanjutnya.
Tak hanya itu, untuk menampung keterampilan para remaja masjid yang bisa menulis ini, pihak pengurus masjid juga harus memberikan fasilitas tempat untuk menuangkan skillnya. Misalnya dengan menerbitkan media internal masjid, menerbitkan website interaktif, atau mungkin sebatas majalah dinding juga tidak apa-apa.
Dalam hal ini, website Suara Masjid juga memberikan alternatif jalan kepada para remaja masjid atau aktivis masjid untuk bisa mengirimkan karya-karya tulisnya untuk ditayangkan di website Suara Masjid, bila di masjid masing-masing belum memiliki medianya.
Pentingnya pengurus yang melek media dan bisa menulis menjadi keniscayaan di tengah canggihnya informasi dan teknologi seperti saat ini. Bila Satu Masjid Satu Jurnalis dapat diwujudkan, niscaya akan lahir ratusan ribu informasi setiap hari dari masjid-masjid yang ada di Indonesia.
Sebagai gambaran saja, data tahun 2015 jumlah masjid ada 771.910 masjid yang terdaftar. Jika setiap masjid ini memiliki media, minimal media online untuk menginformasikan berita di sekitar wilayah masjid, dan menyosialisasikan kegiatan masjid, baik pra kegiatan maupun pasca kegiatan, maka akan menjadi kekuatan umat Islam untuk menciptakan berita-berita up to date dari lingkungan di sekitar masjid di Indonesia.
Membayangkan, ketika ada kejadian yang melibatkan umat Islam di ujung negeri ini, secara cepat akan tersyiar ke penjuru negeri karena sudah ada sistem informasi yang dibangun dari masjid ke masjid. Maka tidak berlebihan jika masjid akan menjadi kekuatan media bagi umat Islam.
Semoga program Satu Masjid Satu Jurnalis ini bisa menyentuh hati para pengurus masjid untuk segera menyiapkan diri melahirkan jurnalis dari masjid. Satu Masjid Satu Jurnalis akan menjadi kekuatan umat Islam dalam membangun opini di kalangan umat Islam untuk tujuan kebaikan. Semoga Allah mudahkan segala urusan kita, untuk mewujudkan mimpi Satu Masjid Satu Jurnalis. Amin ya Rabbal Alamien. [FR]