SUARAMASJID| Jakarta–Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama akan menyelenggarakan kongres umat Islam pada April 2018 mendatang di Jakarta. Kongres tersebut akan menyoroti isu-isu utama terkait dengan kepentingan umat Islam.
Ketua GNPF Ulama Yusuf Muhammad Martak di Jakarta, Selasa (12/3) mengatakan, kongres nanti akan membahas berbagai isu seperti memperkuat persatuan umat dalam menghadapi Pilkada dan juga Pemilihan Anggota Legislatif dan Pemilihan Presiden 2019.
“Kami ingin mengedukasi umat agar memahami dan menentukan calon pemimpin yang layak dipilih sesuai rekam jejak yang bersih dan kompetensinya,” jelas dia.
Pasca mengumumkan perubahan nama dari Gerakan Nasional Pengawal Fatwa-Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) menjadi GNPF-Ulama pada Oktober 2017 lalu, nama GNPF seolah-olah tenggelam. Even reuni aksi 212 pada 2 Desember 2017 pun dihelat oleh Presidium Alumni 212 yang kemudian diubah namanya menjadi Persaudaraan Alumni 212.
Di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Senin (12/3) siang, menjadi babak baru bagi GNPF Ulama. Kumpulan sejumlah tokoh Islam dan ulama yang didirikan akhir 2016 ini menggeliat kembali. Bukan hanya namanya yang baru, kepengurusan baru pun diumumkan.
Kini, Ketua GNPF yang semula dijabat Ustadz Bachtiar Nasir, amanah tersebut diemban oleh Ustadz Yusuf Muhammad Martak, seorang pengusaha, aktivis organisasi Islam dan juga pengurus harian MUI Pusat.
Sementara posisi Sekretaris Jenderal yang semula dijabat oleh Munarman, kini posisi tersebut kembali kepada KH Muhammad Al Khaththath (MAK). Sebelumnya, struktur GNPF memang pernah mengalami perubahan. Awal terbentuk pada Oktober 2016 silam, GNPF hanya terdiri dari Dewan Pembina, Ketua, Wakil Ketua dan Bendahara. Lalu, tak lama kemudian ditambahkan Sekjen yang saat itu diamanahkan kepada Ustadz MAK.
Formasi ini kemudian berubah, dengan penggantian Sekjen dan ketua bidang. Munarman, Sekretaris Umum Front Pembela Islam (FPI), saat itu didapuk menjadi Sekjen GNPF, sementara Ustadz MAK menjadi salah satu ketua bidang.
Ketua Dewan Pembina GNPF Ulama, Habib Muhammad Rizieq Syihab, melalui rekaman suara dari Mekkah al-Mukarromah menegaskan, perubahan-perubahan yang terjadi di tubuh GNPF ini tidak berarti gerakan ini mengalami perpecahan sebagaimana tersiar di luar sana.
GNPF, kata Habib Rizieq, masih solid. “Hanya sekarang ada perubahan, dari kepemimpinan Ustadz Bachtiar yang bersifat sentralistik menjadi kolektif kolegial,” kata Habib.
Ustadz Yusuf Muhammad Martak menyebut perubahan pucuk pimpinan GNPF ini hanyalah dalam rangka penyegaran dan pemutakhiran belaka. Tak ada yang istimewa. Sekarang, kata Yusuf, kepemimpinan berbentuk presidium.
“Untuk mengefektifkan manajemen organisasi saja. Kepemimpinan GNPF-Ulama bersifat kolektif kolegial dan secara bergilir melakukan rotasi dan reposisi tanpa ada pengurangan jumlah anggota pimpinan GNPF-Ulama. Jumlah keanggotaan kepemimpinan GNPF Ulama malah akan ditambah,” ungkap Yusuf. [FR]