SUARAMASJID.com| Jakarta–Badan Kerjasama Pondok Pesantren Indonesia (BKsPPI) secara resmi telah menetapkan dan menggelar acara pelantikan Pengurus BKsPPI masa periode 1438-1443 H/ 2017-2022 M di Aula Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII), Jl Kramat Raya, Jakarta Pusat, Rabu (12/4) siang.
Perwakilan ustadz dan kiai dari berbagai pondok pesantren di Indonesia khususnya dari Jawa Barat tampak memeriahkan acara pelantikan pengurus baru BKsPPI, sebuah lembaga ikatan antarpondok pesantren yang sudah berdiri sejak 1972 di Cianjur.
Ketua Umum BKsPPI terpilih, Prof Dr KH Didin Hafidhuddin, memberikan dan memaparkan banyak hal terkait pesantren dan umat Islam umumnya dalam sambutan awal kepemimpinannya di periode ini.
“Pesantren itu lembaga yang memproduksi para ustadz, para kiai, para pemimpin, para pejuang yang berjuang untuk memperbaiki masyarakat, inilah barangkali hal yang harus terus-menerus kita jaga,” papar Kiai Didin.
Ia juga menjelaskan, visi dan misi BKsPPI sangatlah besar, namun sebagai langkah awal dengan adanya ikatan ini semoga bisa dilakukan koordinasi, sinergi dan ta’awun (saling membantu) antarpondok pesantren di Indonesia.
Kiai Didin juga menekankan terbentuknya dua budaya, budaya adab akhlak dan budaya ilmu. Budaya adab dan akhlak harus didahulukan, mengutip perkataan ulama dahulu, al-adab qobla al-‘ilmi, beradab dulu sebelum berilmu.
Adapun untuk membentuk dan mengembalikan peradaban Islam, umat Muslim harus bisa membedakan antara ilmu-ilmu fardhu ‘ain dan ilmu-ilmu fardhu kifayah.
“Fardhu ‘ain itu ilmu pembentukan karakter dan watak umat Islam, akidah, akhlak, fiqh, bertujuan menguatkan pribadi Muslim. Sedang fardhu kifayah itu ilmu yang menguatkan masyarakat Islam, ilmu-ilmu yang bertujuan membangun masyarakat dengan kehidupan yang lebih baik, seperti ekonomi, politik, kesehatan dan lainnya,” jelasnya.
Dalam acara peresmian pengurus BKsPPI ini juga diadakan Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara BKsPPI dengan Koperasi Syariah 212, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), dan DDII.
Kemudian dilanjutkan dengan tausiyah oleh Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof Dr Din Syamsuddin MA dan diakhiri dengan doa penutup yang dipimpin oleh KH Abdul Rasyid Abdullah Syafi’i. [FR]