Suasana asri terlihat ketika memasuki pelataran Perguruan Diponegoro. Riuh murid-murid terdengar di sepanjang wilayah sekolah tersebut. Perguruan Diponegoro yang terletak di Jalan Sunan Giri No.5 Rawamangun Jakarta Timur ini di naungi oleh Yayasan Al-Hidayah yang didirikan oleh KH. Muslich tahun 1957.
Awalnya, yayasan Al-Hidayah ini berpusat di Purwokerto, Jawa Tengah kemudian pada tahun 1962 KH. Muslich membuka cabang di DKI Jakarta dan pada tahun 1963 mulai mendirikan sekolah-sekolah dan masjid. Sekolah yang dibangun pada saat itu adalah SD, SMP, SMA dan pada tahun 1970an hanya memfokuskan pada SMP, SMA dan SMK saja.
Sekolah yang mempunyai penasehat Bapak Prof. Dr. Arief Rachman, MPd ini mempunyai harapan bahwa murid-murid tidak hanya pintar secara akademis tetapi juga dalam hal iman dan takwa yang berakhlak mulia, selain itu juga ada target agar murid berbudi pekerti luhur, cerdas dan membanggakan. Untuk merealisasikan target tersebut setiap murid diwajibkan untuk mengkhatamkan al-Qur’an.
Sebelumnya, untuk melancarkan membaca al-Qur’an kurang lebih selama satu tahun, terlebih dahulu diadakan pemetaan bagi murid yang sudah lancar dan belum lancar membaca al-Qur’an. Metode yang dilakukan adalah metode tutor sebaya dan bimbingan oleh guru masing-masing, sehingga setiap anak dilatih untuk memberikan pelatihan kepada sesama teman.
Sekolah SMP, SMA dan SMK
Semua perguruan baik SMP, SMA dan SMK mempunyai kegiatan pendukung di antaranya kelas wajib al-Qur’an, dzikir setiap kamis pagi, sholat dhuha tiap jumat, pemberantasan buta shalat, tadarus al-Qur’an tiap awal KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) dan shalat Dhuhur berjamaah tiap hari.
Perguruan Diponegoro mengikuti standar yang diberikan oleh pemerintah, minimal pendidikannya harus S1 yang sesuai bidang studinya. Sekolah ini juga mempunyai kriteria sendiri yang harus dimiliki para pengajarnya yaitu harus mempunyai gelar akademik, pedologis yang berarti para pengajar harus mempunyai metode-metode yang baik untuk mengajar, psikologis dan sosial.
Perguruan Diponegoro setiap saat terus berupaya mengembangkan kualitas anak didiknya dengan beragam kegiatan, baik intra kurikuler maupun ekstra. Misalnya untuk SMP, saat ini sedang mempersiapkan program pendidikan yang mengoptimalkan potensi siswa dalam bidang spiritual, intelektual, emosional dan sosial.
Untuk menunjang kegiatan tersebut, perguruan ini telah mempunyai banyak fasilitas di antaranya gedung tiga lantai, perpustakaan, masjid, ruang musik, ruang serbaguna, laboratorium Komputer/internet, laboratorium IPA Fisika dan Biologi, laboratorium Biologi, laboratorium Bahasa, sarana olah raga dan ruang gamelan.
Sedangkan untuk mendukung kualitas pribadi para siswa, diadakan kelas wajib al-Qur’an, dzikir setiap Kamis pagi, shalat Dhuha tiap Jum’at, pemberantasan buta shalat, tadarus al-Qur’an tiap awal KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) dan shalat Dhuhur berjamaah tiap hari.
Untuk mendukung kegiatan ekstrakulikuler beberapa kegiatan yang sudah ada adalah kesenian angklung, basket, futsal, gamelan, marawis, paskibra, seni lukis dan tae kwon do. Selain itu juga ada budaya sekolah seperti budaya salam, budaya dzikir, budaya lari pagi dan budaya tadarus.
Untuk fasilitas pendidikannya mempunyai gedung 3 lantai, ruang kelas, perpustakaan, masjid, ruang multimedia, klinik kesulitan belajar, sarana dan prasarana olahraga, laboratorium komputer jaringan internet, laboratorium biologi, kimia, fisika, laboratorium bahasa, UKS (Usaha Kegiatan Sekolah), dan ruang musik tradisional. Sedangkan ekstrakulikulernya paskibra, jurnalistik, gamelan, tari saman, KIR (Karya Ilmiah Remaja), english club, PMR, Paduan suara, teater, basket, Tae Kwon Do, karate, futsal, marawis, angklung, rohis, PKS, dance.
Masjid Al-Hidayah
Lokasi Perguruan Diponegoro di tengah-tengahnya ada bangunan masjid sebagai sentral kegiatan seluruh siswa, guru bahkan karyawan. Di samping kemegahan gedung perguruan, keberadaan masjid ini menjadi penyejuk hati para penghuninya.
Masjid yang berdiri di tanah wakaf ini sudah mengalami beberapa kali pemugaran. Awalnya tahun 1954 dibangun secara swadaya, kemudian diadakan pemugaran yang dilakukan oleh Yayasan Amal Bakti Mulia yang diketuai oleh H. Muhammad Soeharto dan terakhir atas inisiatif Probosutejo di pugar kembali dengan hasil seperti ini.
Masjid yang dinamai Al-Hidayah ini merupakan masjid untuk umum, yang terdiri dari dua lantai, lantai dasar digunakan untuk murid-murid dan lantai kedua untuk shalat.
Selain untuk masyarakat umum, sehari-hari masjid ini digunakan sebagai pusat kegiatan belajar mengajar. Kegiatan yang dilakukan adalah seperti shalat Dhuha, Dzuhur, kegiatan keagamaan sampai auditorium dilakukan di masjid.
Jadwal kegiatan masjid disesuaikan dengan jadwal kegiatan sekolah dan masyarakat umum. Para pengurus masjid terdiri dari pengurus dari sekolah dan masyarakat umum. [fathur]