Penemu teknologi 4G di Jepang, Profesor Dr. Khoirul Anwar ternyata pecinta masjid di masa kecilnya, berikut kisahnya.
JEPANG-SM. Masih ingat dengan penemu teknologi 4G? Namanya harum di seantero penjuru dunia karena inovasinya. Kini, ia tengah menggadang proyek penemuan 5G yang lebih canggih lagi di Jepang. Tahukah Anda, dulu sosok profesor ini masa kecilnya suka ke masjid, bahkan ia kerap menjadi penabuh bedug saat Dhuhur tiba. Dialah Profesor Dr. Khoirul Anwar.
Sebelum makan siang, Khoirul kecil berlari kecil meraih tabuh bedug dan memukulnya, pertanda Dhuhur telah tiba. Begitulah yang kerap ia lakukan saat pulang sekolah sebelum makan siang.
“Setelah pulang sekolah, saya biasanya yang memukul bedug sholat dhuhur, kemudian pulang makan siang, kemudian mengerjakan PR,” ungkapnya dalam wawancara via email.
Selain belajar, Khoirul kecil berlanjut ke sawah untuk membantu ayahnya sekadarnya, waktu Ashar ia pulang dan persiapan untuk belajar hingga menjelang Magrib. “Pergi ke masjid, sholat magrib, mengaji sampai Isya, sholat, lalu belajar lagi sampai jam 9-an. Kemudian tidur,” kisah lelaki kelahiran 22 Agustus 1978 di Kediri ini.
Perhatian orang tuanya terhadap pendidikan anaknya bahkan sempat menjadikan Khoirul tidak diperbolehkan belajar mengaji di masjid, namun ia sampaikan, “Mengaji di masjid tidak akan menjadikan pelajaran di sekolah terbengkalai, tapi justru sebaliknya, makin baik,” papar putra dari pasangan (almarhum) Sudjianto dengan Siti Patmi seorang petani.
Orang tuanya berpikiran seperti itu lantaran mungkin melihat anak seusia dirinya jika mengaji di masjid, hanya bermain-main saja, sehingga tidak mengerjakan PR sekolah. Tapi Khoirul justru sebaliknya, PR sekolah harus dikerjakan siang hari, karena malamnya akan mengaji.
“Alhamdulillah saya termasuk yang selalu mendapatkan prestasi dengan rangking terbaik di sekolah, namun juga rajin dan cepat khatam Qur’an mengaji di masjid,” ujar peraih predikat cum laude di tahun 2000 di ITB Bandung Jurusan Teknik Elektro.
Khoirul mengatakan, orang tua percaya sekali dengan kekuatan doa yang kemudian dilanjutkan dengan ikhtiar. Ibunya mendoakan terus dalam sholat malamnya, sedangkan Khoirul serius dalam belajar. Karena konsep ini, ia pernah rangking satu seluruh sekolah, tapi ia tidak memberitahukan kepada orangtua, sampai mereka bertanya siapa yang terbaik di sekolah, kemudian Khoirul menjawab, “Alhamdulillah, saya sendiri.”
Khoirul yang sekarang tinggal di Jepang dengan gelar Profesor ternyata terinspirasi dengan prestasi para ilmuwan muslim, di mana nama dan konsep mereka sampai sekarang dipakai dalam sains dan teknologi, misalnya “al-khwarizmi” menjadi “algorithm”, kemudian system penomoran subchapter, misalnya “1.1”, “1.2”, dan seterusnya, sampai sekarang dipakai dalam dunia ilmiah international dengan sebutan “Arabic numbering”.
“Saya bermimpi masa kejayaaan itu akan kita capai kembali. Mari kita bekerja keras dimulai dari masa sekarang. Sedikit tetapi kontinyu dan berkualitas. Itulah yang lebih Allah cintai sebagaimana dalam Firmannya dalam awal-awal surat Al-Mulk dengan terminology “ahsanu amala”, yaitu amal-amal yang berkualitas,” jelasnya. [FR]