JAKARTA, (SM)–Insiden kejadian bentrokan antara kepolisian dan peserta aksi berlangsung cepat. Kejadian ketika ada penyusup di barisan peserta dan polisi yang tidak patuh komando Kapolri dan Panglima TNI. Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF-MUI) sangat menyesalkan kejadian itu.
“Penyusup ada di dua pihak, massa aksi dan aparat yang tidak mematuhi komando Kapolri dan Panglima TNI. Patut diduga ada Komando lain, dan harus dicari siapa yang memberi Komando karena ini adalah komando pembantaian,” tegas Habib Rizieq Shihab dalam jumpa pers dengan wartawan. (5/11)
Kenapa pembantaian? Karena rakyat yang berkumpul di satu tempat itu sudah kesusahan dapat oksigen, mereka tidak bisa lari dan ditembaki gas airmata. Ini adalah kejahatan kemanusiaan dan akan kami bawa ke komnas HAM internasional.
Habib Rizieq menegaskan, bahwa penyebab chaos adalah presiden, dia bertanggung jawab atas kematian warganya sendiri. Kalaupun dia ada agenda hari itu, maka agenda menemui jutaan rakyatnya yang meminta penista agama dihukum, adalah agenda yang paling penting.
“Kami juga minta Wakapolri diusut, dia mengancam utusan massa, dengan ucapan awas ya kalau tidak bubar jam 6. Dengan ancaman ini, berarti ada atau tidak ada chaos, dia sudah mengancam akan berbuat tidak baik kepada massa umat Islam,” paparnya.
Habib Rizieq menjelaskan, ketika terjadi kericuhan, semua massa kami minta jangan lari, tetap di tempat, tawakkal kepada Allah. Kalau bukan karena pertolongan Allah, semua sudah kacau berantakan. Seandainya mobil komando masuk ke istana, habis lah semua, tapi GNPF-MUI punya komitmen damai, menarik diri ke patung kuda, rapat dan memutuskan bertemu di gedung DPR MPR, disana semua berlangsung tertib karena pimpinan MPR bersikap kooperatif. (FR)