SM | Menjadi tenaga kerja musim haji (Temus) saat masih kuliah S2 di IIU Islamabad ternyata menjadi berkah bagi pemilik nama Munif Farid Attamimi, MA., M.Phil. Berkat pengalaman yang ia dapati saat menjadi petugas tahun 2008, kini ia berhasil mendirikan perusahaan travel haji dan umrah bernama Jasmine Tour & Travel.
Sebelum berhasil mendirikan perusahaan sendiri, lelaki yang akrab disapa Munif ini mendapatkan amanah dari para travel di Surabaya dan Jakarta untuk menjadi tour leader dan muthawwif dari tahun 2013 sampai 2018.
“Saat itu kami memulai melayani tamu Allah dan juga memulai meningkatkan pelayanan dengan memfasilitasi visa, LA, handling, tiket pesawat umroh, dan hotel di Makkah dan Madinah untuk jamaah umroh,” jelas putra dari H. Farid Salim Attamimi dan Hj. Indah Zubaidah Syamlan ini kepada Majalah Gontor.
Setelah lima tahun konsentrasi melayani tamu Allah, maka setelah istikharah dan sholat hajad dan thawaf di Baitullah, meminta kepada Allah untuk bisa mendirikan travel sendiri supaya dapat menjadi pelayan tamu Allah di Dua Tanah Suci. “Qodarollah pada tanggal 11 September 2018, Allah ijabah permintaan kami untuk mendirikan Jasmine Tour & Travel,” ungkap lelaki kelahiran Situbondo 11 September 1981 ini.
Bagi Munif, menjadi pelayan tamu Allah adalah sebuah kemuliaan yang tak terhingga. Munif terinspirasi dari surat Al-Baqarah: 125, artinya “Dan telah kami perintahkan kedapa Ibrahim dan Ismail bersihkanlah rumahku untuk orang-orang thawaf dan orang yang ‘itikaf, orang yang ruku’ dan orang yang sujud ”.
“Maka kami juga ingin mendapatkan kemulian seperti para Nabi yaitu dengan menjadi pelayan tamu Allah dan dua tanah suci. Itu faktor utama kami mendirikan Jasmine Tour & Travel,” tutur suami dari Jasmine Amir Amhar alumni Gontor Putri Mantingan 2003.
Merintis perusahaan travel bukan soal mudah, namun Munif yakin untuk melayani tamu Allah pasti aka nada jalan keluarnya yang terbaik. Berawal dari 6 jamaah yang ia bawa ke Baitullah, seiring waktu jumlah jamaahnya meningkat. “Alhamdulillah Allah tambah menjadi 8 jamaah di keberangkatan selanjutnya. Kemudian kesyukuran yang tak terhingga bagi kami, di bulan berikutnya Allah tambah menjadi 9 jamaah,” kenang bapak tiga anak ini.
Kendati jamaah masih sangat sedikit, Munif tak putus asa bahkan meningkatkan pelayanannya. Akhirnya keberangkatan keempat, ia berhasil membawa 50 jamaah. Lalu berkembang ke beberapa instansi perusahaan, lembaga pendidikan, pondok pesantren.
“Merupakan penghormatan dan kemuliaan, kami dapat melayani umroh keluarga besar Pondok Modern Darussalam Gontor bersama Pimpinan Pondok KH. Syamsul Hadi Abdan, guru-guru, santri, wali santri, dan masyarakat sekitar Gontor,” ujar alumni Gontor marhalah Laviola 2000.
Dalam menjalankan bisnisnya, strategi yang dilakukan Munif adalah dengan meningkatkan silaturrahim, silatul aro’ dan silatul a’mal. Strategi kedua; menjadikan umat Islam sebagai nasabah prioritas untuk bertamu ke Baitullah. Strategi ketiga, promosi di medsos yang saat ini sedang di gemari oleh kalangan masyarakat.
Strategi keempat, membuka kerjasama dengan seluruh umat Islam baik perseorangan atau instansi manapun yang siap menjadi perwakilan dengan membuka kantor cabang utama di seluruh indonesia. Sesuai konsep Musyarokah Syar’iyah, tanpa modal sepeserpun. Strategi kelima, membuat promo khusus di bulan-bulan tertentu.
Saat ini, Jasmine memiliki cabang di Mojokerto, Gresik, Pati, Semarang, Pekalongan, Denpasar, Ambon, Madura, dan Situbondo. Ia akan terus membuka peluang untuk umat Islam yang ingin bekerjasama untuk menjadi mitra di daerah-daerah.
Dalam menjalani bisnisnya, Munif benar-benar mendedikasikan diri untuk memberikan yang terbaik bagi tamu Allah, bahkan melalui Simulasi Muqobalah (Siqoh) Jasmine di Madinah ia menyiapkan bimbingan kepada seluruh pemuda Islam yang ingin melanjutkan studi di Universitas Islam Madinah dengan full beasiswa untuk program S1, S2, S3.
“Kami siap membantu dengan team Siqoh Jasmine di Madinah akan mempersiapkan sejak proses pendaftaran, simulasi kampus, bimbingan tes dari syekh Madinah, hingga mempersiapkan waktu, penguji dan tempat ujian beasiswa,” ujar mantan Ketua IKPM Surabaya periode 2011-2017.
Munif menyadari, bisnis yang ia bangun masih dalam proses perintisan, usianya pun masih sangat mudah sehingga masih harus banyak belajar untuk pengembangan bisnisnya ini. “Kami bersyukur kepada Allah, masyaallah tabarokalloh di enam bulan pertama kami memberangkatkan 250 an jamaah menuju Baitullah,” ungkap Pongurus Forbis Pusat PP IKPM.
Selain bisnis travel, Munif ternyata juga bisnis pendukung seperti mendirikan Jasmine Batik & Butik, Nusantara Batik, Jasmine Muslim Wear, dan Jasmine Garmen. Saat ini melibatkan 15 karyawan untuk menjalankan usaha garmen ini.
Menanggapi maraknya penipuan umroh, Munif hanya memberikan saran kepada calon jamaah untuk berhati-hati. Setidaknya tips ini bisa dilakukan oleh calon jamaah, yaitu cermati aspek legalitas, lihat rekam jejaknya, lihat harga yang ditawarkan, cermati fasilitas yang diberikan, mekanisme pembayarannya dan bertanya kepada orang lain.
Menjadi Staf Pengasuhan Santri di Gontor
Munif merasakan, bisnis yang ia jalani saat ini erat kaitannya dengan pendidikan yang ia dapatkan selama di Gontor. Kemampuan menjadi tour leader, kemampuan berbahasa Arab setidaknya telah melancarkan bisnis yang ia geluti saat ini.
“Pendidikan yang gontor berikan kepada kami sangat berperan penting dalam bisnis kami saat ini, maka nilai-nilai Gontor selalu melekat di dalam hati kami dalam berbisnis islami sesuai Al-Qur’an dan Sunnah,” tegas Penasehat IKPM Surabaya 2017-2021 ini.
Selama di Gontor, ia pernag mendapatkan amanah oleh pimpinan pondok sebagai staf pengasuhan santri, “Beliau pernah menugaskan kami untuk menjadi duta bangsa dalam acara JAMDUN di Belanda dan dilanjutkan dengan pertukaran pelajar, study tour and city tour di beberapa negara Eropa, seperti Prancis, Jerman, Belgia dan lain-lain,” kenangnya.
Saat menjadi santri, Munif pernah aktif di organisasi sebagai Ketua Ainussyam Arabic Course 1998, Ketua Keamanan GBS 1999, Ketua Ankulat Koordinator 1999, Ketua PBS 2000dan terkahir staf Pengasuhan Santri Gontor 2000 sampai 2006.
Selama 6 tahun menjadi staf Pengasuhan Santri, banyak memberikan bimbingan ubudiyah santri memberi pengarahan kepada organisasi OPPM, koordinator, pengurus asrama, dan bahkan kepada seluruh santri.
“Pengalaman sangat berharga sekali bagi kami dan dapat diaplikasikan dalam bisnis kami di dalam membimbing ubudiyah, jamaah, memberi pengarahan, mengatur strategi ibadah, memanage waktu dan lain sebagainya, semuanya berdasarkan ilmu dan nilai-nilai Gontor yang kami dapatkan saat nyantri di Pondok Modern Darussalam Gontor,” ujarnya.
Munif juga selalu teringat dengan wejangan yang selalu menginspirasi dalam hidupnya dari DR. KH. Abdullah Syukri Zarkasyi. MA. Wejangan itu diberikan saat mau kuliah S2 di Islamabad Pakistan Jurusan Akidah dan Peradaban Islam. “Munif, jangan tinggalkan sholat hajat, karena Allah akan memberikan apa yang kamu minta.”
Sementara KH. Hasan Abdullah Sahal berpesan saat menjadi staf pengasuhan santri, “Usiikum waiyyaya nafsi bittaqwallah, Tamimi tolong ente jaga dua hal, dawamul wudhu wa sholatut tahajjud.” [nk]
Sumber; Majalah Gontor