SUARAMASJID| Jakarta–Dzikir Akbar atau Ratib Seribu (Rateeb Seribee) yang digagas Pimpinan Majelis Pengkajian Tauhid Tasawuf (MPTT) Asia Tenggara, Abuya Syekh H Amran Waly Al-Khalidi, Ahad (18/3) malam menggema di Masjid Istiqlal, Jakarta. Puluhan ribu jamaah tumpah ruah larut dalam dzikir di masjid terbesar di Asia Tenggara itu.
Jamaah yang datang tidak hanya dari Jakarta dan sekitarnya, tapi juga dari Padang (Sumbar), Aceh, Manado (Sulawesi Utara), dan daerah lain.
Murabbi MPTTI yang juga Mursyid Thariqat Naqsabandiyah Khalidiyah, Abuya Syekh H Amran Waly Al-Khalidi, menyatakan tujuan Dzikri Akbar ini untuk mengajak umat Islam agar senantiasa mengingat Allah, senantiasa berdzikir kepada Allah, dan hanya bergantung kepada Allah.
“Banyak berdzikir akan menghilangkan nafsu-nafsu jelek yang ada dalam diri kita, sehingga akhlak kita akan baik dan penuh kasih sayang, sehingga kita semua bisa hidup rukun dengan siapapun, termasuk dengan yang beda agama,” tutur Abuya.
Menurutnya, Dzikir Akbar juga merupakan kunci terbukanya pintu-pintu keberkahan dari langit dan bumi, sehingga negara yang kita cintai diharapkan menjadi negara yang aman, damai dan makmur. “Kita doakan semoga para pemimpin kita, senang berdzikir,” imbuh Abuya.
Ia juga berharap dengan Dzikir Akbar ini, seluruh masyarakat memiliki akhlak yang baik, terutama generasi muda. “Mudah-mudahan generasi muda kita bisa membentengi diri dari bahaya narkotika dan pergaulan bebas serta memiliki wawasan yang luas, karena mereka adalah penerus bangsa ini,” ujarnya.
Lebih lanjut Abuya menyatakan, dzikir memiliki berbagai tingkatan. Pertama, lidahnya berdzikir tapi hatinya lalai dengan Allah, yakni masih dzikir lisan saja (dzikir ma’a al-gaflah). Dzikir ini tidak apa-apa untuk tingkatan pemula, dilatih terus dzikir setiap saat.
Kedua, dzikir dengan mengingat Allah, terbayang dalam batinnya. Makna-makna dzikir inilah yang disebut dzikir ma’a al-yaqdhah.
Ketiga, dzikir dengan menghadirkan Allah di dalam hati dan selain Allah lupa (dzikir ma’a al-hudur). Pada tingkatan ini, hanya Allah yang diingat, semua urusan dunia, sudah dapat dilupakan dalam dzikir. “Jika kita bisa dzikir pada tingkatan ini, walau dzikirnya hanya lima menit, maka Allah akan mudahkan semua hajat dan permohonan kita.”
Keempat, dzikir ma’a al-ghaibah, ini merupakan dzikir tingkatan tertinggi, dzikirnya para sufi. “Dia telah fana/tenggelam dalam mengingat Allah. Inilah orang-orang yang bersama Allah, semua hajat dan permohonannya dikabulkan Allah, semuanya berdoa kepada Allah,” ungkap Abuya.
Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Raudhoh Al-Hikam Syekh KH Zein Djarnuzi yang juga memberikan tausiyah pada acara itu menyatakan, inti ajaran tauhid tasawuf yang dikembangkan MPTT Asia Tenggara adalah untuk membersihkan hati dari ketergantungan kepada selain Allah, melatih hati agar senantiasa dekat dengan Allah.
“Semoga MPTT Asia Tenggara bisa terus memberikan cahaya kepada seluruh pelosok negeri, dan juga di Asia Tenggara bahkan dunia,” ujarnya dilansir Gontornews.
Ketua MPTT DKI Jakarta, Tengku H Khairunnas, dalam sambutannya menyatakan, MPTT memiliki motto tahan disakiti dan tahan untuk tidak menyakiti.
“MPTT DKI Jakarta terus merangkul berbagai kalangan, banyak para mantan pemakai narkoba, mantan pelaku kriminal dan kejahatan yang sudah tobat, kita bimbing agar akhlaknya semakin baik. Kita sangat terbuka kepada siapapun yang ingin bersama-sama mendekatkan diri kepada Allah,” tutur Tengku H Khairunnas.
Acara Dzikir Akbar dimulai pukul 19.30 WIB yang didahului dengan shalat Maghrib dan Isya berjamaah. Jamaah berbondong-bondong datang ke Masjid Istiqlal sejak sore hari dengan menggunakan bus, mobil pribadi, dan sepeda motor. Raut muka gembira tampak di wajah-wajah jamaah yang hadir. Batin mereka telah diisi dengan cahaya dzikir, sehingga hatinya merasa tenang dan tenteram. Dan ketenangan hati ini terpancar pada raut wajah mereka.[FR]