SM| Jakarta– Bagi sebagian kalangan santri dan alumni Gontor pasti kenal kiai dengan perawakan tinggi besar dan berambut putih ini. Dialah salah satu tokoh utama di balik berdirinya pondok-pondok cabang Gontor di seluruh Tanah Air. Dialah Drs KH Kafrawi Ridwan MA yang juga Ketua Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor.
Tepatnya pada 24 Desember 1977, Kiai Kafrawi mendapatkan amanah oleh Trimurti untuk menjadi Ketua 1 Badan Waqaf Pondok Gontor. Amanah yang diberikan di Badan Wakaf ini menjadi pintu masuk untuk berikhtiar mewujudkan cita-cita mendirikan Seribu Pondok Pesantren di seluruh Indonesia.
Dalam perkembangannya, banyak pondok yang telah didirikan melalui alumni Pondok Gontor yang tersebar di seluruh Indonesia. Hingga kemudian lahirlah pondok-pondok cabang Gontor. Kini pondok yang didirikan oleh alumni pondok Gontor menjamur di berbagai pelosok daerah.
“Sejatinya guru saya sekaligus pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor KH Ahmad Sahal, KH Zainuddin Fananie, dan KH Imam Zarkasyi (Trimurti) lah yang menginspirasi dan membentuk kepribadian saya. Melalui keteladanan Trimurti banyak hal yang menginspirasi saya untuk berbuat kebajikan,” ungkapnya dalam buku Kiai Seribu Pondok: Inspirasi dan Dedikasi Drs KH Kafrawi Ridwan.
Meski usianya yang tidak lagi muda, hal itu tidak menjadi alasan bagi mantan Dirjen Bimas Islam Departemen Agama (sekarang Kementerian Agama) dan Sekjen MUI ini untuk berhenti memikirkan dan memperjuangkan kemajuan Pondok Gontor dan kemajuan pendidikan Islam pada umumnya.
Maka tidak berlebihan jika Wakil Ketua I Badan Wakaf Gontor Dr Hidayat Nurwahid mengaku sangat mengaguminya. Terutama kegiatan di Badan Wakaf Pondok Gontor. “Sepengetahuan saya walaupun dalam kondisi keterbatasan fisik seperti sekarang, beliau tidak pernah absen dalam sidang Badan Wakaf Gontor. Bahkan beliau tetap hadir dan memimpin rapat hingga pukul 00.00 WIB,” ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor KH Hasan Abdullah Sahal. Bagi Kiai Hasan, KH Kafrawi Ridwan adalah inspirator dan pelopor ulung dalam dunia pendidikan Islam terutama Gontor.
Kiprah KH Kafrawi Ridwan di tingkat nasional, baik di dunia pendidikan maupun politik, banyak orang mengetahui dan mencatatnya dengan penuh kagum dan rasa hormat. Apalagi kepeloporannya dalam lingkup dakwah islamiyyah dan pendidikan Islam di Tanah Air cukup banyak.
Saat aktif di Departemen Agama (Kementerian Agama), ia berkontribusi besar dalam memperjuangkan pendidikan Islam. Misalnya, ketika pada masa itu pemerintah menginginkan agar kurikulum madrasah dan pesantren disamakan dengan kurikulum sekolah umum dan pembinaannya khususnya madrasah di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, KH Kafrawi menolak rencana tersebut. Karena hal itu dianggapnya akan menjadikan keberadaan madrasah dan pesantren diubah menjadi lembaga pendidikan umum.
Berkat perjuanga Kiai Kafrawi bersama tokoh-tokoh Islam lainnya maka terbitlah Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri yaitu Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Menteri Dalam Negeri. Dalam SKB tersebut antara lain ditetapkan bahwa isi kurikulum madrasah 30 persen agama, 70 persen kurikulum umum, dan pembinaannya tetap berada di bawah Kementerian Agama.
Di lingkungan Gontor, perjuangan, pengabdian, dan dedikasi Kiai Kafrawi juga luar biasa. Dia tidak mengenal kata lelah dalam merawat, memperjuangkan, dan memajukan Gontor. “Atas segala inspirasi dan dedikasi terbaiknya itu Gontor tak dapat berkata lain kecuali ucapan syukran katsiran. Hanya kepada Allah segalanya dikembalikan. Semua itu, insyaa Allah dicatat sebagai amal dan kebajikannya,” tutur Kiai Hasan.
Kiai Hasan menuturkan, meskipun dalam rentang usia yang sudah sepuh, Kiai Kafrawi masih tetap berjuang, dan menginspirasi banyak orang untuk mendirikan Seribu Pondok di Tanah Air.
“Karenanya marilah kita doakan semoga beliau tetap diberikan kekuatan dan kesehatan agar tetap berada di tengah-tengah kita, menginspirasi, dan mengedukasi kita dalam membangun Seribu Pondok,” ujar Kiai Hasan mendoakan saat Kiai Kafrawi dalam kondisi sakit.
Kiai Kafrawi nyantri di Pondok Gontor pada tahun 1946. Sebelumnya ia belajar di Sekolah Rakyat Ongko Siji di Gurah Pare Kediri. Ia juga sempat sekolah di SMP Muhammadiyah, namun setelah satu tahun, Kafrawai muda pindah ke Pondok Gontor.
Menurut Mas’udi, teman nyantri saat di Gontor, bahwa bakat kepemimpinan Kiai Kafrawi sudah terlihat. Saat kelas empat, KH Imam Zarkasyi sudah menunjuknya sebagai Ketua Pelajar Islam Indonesia (PII). Tugasnya mengurusi anak santri Gontor yang menjadi anggota PII.
“Mengurusi kebutuhan seluruh santri yang ada di dalam pondok. Kebutuhannya bermacam-macam seperti mengurusi tempat tidur, buku-buku dan lain sebagainya. Dan yang mengurusi keamanan dan keperluan pondok itu adalah Ketua PII. Dari situ saya sudah melihat bahwa Pak Kafrawi dari sejak muda sudah memperlihatkan jiwa kepemimpinannya,” jelas Mas’udi.
Setelah lulus Gontor, ia langsung menlanjutkan ke kuliah jurusan Dakwah di Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) Yogjakarta. Bahkan ia didaulat teman-temannya untuk menjadi Ketua PII Yogjakarta tahun 1955. Lalu tahun 1958, ia terpilih menjadi Ketua Senat Mahasiswa PTAIN Yogjakarta. [nk]