NATUNA, SM–Pulau Tiga, pulau yang disebut-sebut sebagai wilayah terluar Indonesia. Saat ‘Pongpong’ (kapal kecil) mengarungi lautan, dari kejauhan terlihat bangunan yang mencolok, berwarna dominan biru, atapnya berundak, memiliki kubah yang mengkilap. Bangunan itu tepat berada di tepi pantai, tempat para nelayan menyandarkan perahunya.
Dialah Surau al-Midrar, dibangun pada tahun 2008, berada di desa Krg. Labak Tanjung Kumbik Utara, Kecamatan Pulau Tiga Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Natuna, Sudarmadi mengatakan, keberadaan Mushalla di tepi pantai sangat penting, untuk memudahkan warga dan para pelaut beribadah. “Ya, ini sengaja dibangun di lokasi strategis, dipinggir pantai agar para pelaut dari Jawa dan daerah lain mudah mencarinya”, ujarnya seperti dilansir situs kemenag.go.id.
Menurut warga setempat, banyak nelayan dari Pekalongan, Indramayu dan sekitarnya menjadikan Pulau Tiga sebagai tempat transit. Surau atau Mushalla al-Midrar merupakan salah satu tempat ibadah umat Islam yang dibangun di tepi pantai. Tercatat beberapa masjid yang didirikan ditepi pantai atau sungai, baik dibangun dimasa penyebaran Islam maupun dimasa kini.
Tidak jauh dari Surau al-Midrar sebetulnya terdapat sebuah Masjid, namun lokasinya sedikit menjorok kedalam. Dalam catatan bimasislam di Pulau Tiga terdapat beberapa Surau dan Masjid yang hingga kini jamaahnya terus bertambah, diantaranya: Mushalla al-Jihad, di Sawah Serantas, Mushalla Ar-Rahman di Teluk Baruk Tanjung Karang, Mushalla Jannatun Na’im di Batu Karut Setumuk, Mushalla Al-Huda di Pasir Timah Serantas, Mushalla as-Ashalatul Ulum di Batu Bulat Tg. Batang, Masjid Ar-Rahman di Sepasir, Masjid At-Thariq di Sedadap, Masjid Al-Qubra di Setumuk dan Masjid As-Salam di Selanding. [FR]