SOLO, (SM)– Gerakan Subuh Jamaah Nasional (GSJN) yang diselenggarakan Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) genap berusia setahun, hari milad pertama tepat Tahun Baru Islam 1 Muharram 1438 H.
GSJN merupakan gerakan yang dilakukan untuk menekankan keistiqomahan dalam menjalankan sholat subuh berjamaah, dimulai dari civitas kampus sebagai representasi kaum intelektual di masyarakat.
FSLDK ini mengusung tema dalam gerakannya dengan tagline, “Dari Dari Masjid Peradaban Indonesia Bangkit”. Di mana masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tapi juga menjadi tempat diambilnya keputusan-keputusan besar, tempat para sahabat menimba ilmu, juga tempat dimana musyawarah dan interaksi sosial dilaksanakan pada awal mula Islam berkembang.
GSJN ke-13 kali ini diselenggarakan di 36 titik di Indonesia dengan lebih dari 40 masjid kampus yang ikut serta. Mulai dari Aceh hingga Papua, di antaranya Masjid Kampus Universitas Bangka Belitung, Universitas Mulawarman, Universitas Negeri Gorontalo, STIKES Waluya Mandala Kendari, dan Masjid Besar Salman ITB Bandung.
Jumlah tersebut adalah jumlah terbanyak selama satu tahun penyelenggaraan GSJN. Hadirnya lebih dari 3.000 jamaah dalam GSJN kali ini menunjukkan kembalinya antusiasme jamaah, mengingat terjadi fluktuasi jumlah peserta dari bulan ke bulan. Bahkan ada beberapa peserta dari luar kota turut hadir dalam acara ini meski hujan terjadi di daerah Soloraya.
“Grafik menunjukkan bahwa jumlah peserta/jamaah GSJN di semua masjid penyelenggara terjadi fluktuasi di tiap bulannya selama setahun ini. Tinggi pada awal di-launching-nya, sempat turun, naik lagi di pertengahan, dan saat ini mulai naik lagi. Inilah yang akan tetap kita pantau, keistiqomahan menjadi poin yang harus dimiliki oleh seorang aktivis muslim,” tutur Hanafi Ridwan Dwiatmojo, Ketua FSLDK Indonesia, dalam sambutannya di GSJN yang diselenggarakan di Masjid Nurul Huda UNS.
“Kita berharap suatu saat nanti gerakan Subuh jamaah ini berjalan sebagai sebuah kebiasaan, sebagai sarana mencetak para pemimpin besar bangsa ini. Mohon doa kepada semuanya agar 15 hingga 20 tahun ke depan kami siap memimpin Indonesia. Saatnya berproses untuk bangkit. Bangkit untuk berjaya, membangun peradaban Indonesia,” papar Hanafi.
Hanafi menambahkan bahwa saat ini dibutuhkan dukungan dari para asatidz, rektor, pimpinan perguruan tinggi, dan umat Islam pada umumnya. Upaya pendekatan kepada ormas keislaman, pemerintah, komunitas, dan takmir masjid-masjid di luar kampus terus dilakukan oleh FSLDK Indonesia dan FSLDK di masing-masing daerah agar kegiatan sholat Subuh berjamaah bisa turut dilaksanakan sehari-harinya di luar masjid kampus. [FR]