WASHINGTON, SM— Siapa bilang hijab menghambat karir? Rumana Ahmed telah membuktikannya. Di Gedung Putih, Muslimah berdarah Bangladesh ini sukses meniti karir. Mulai dari satus pegawai magang hingga menjadi penasihat bagi Deputy National Security Advisor [NSA] untuk urusan komukasi strategis Gedung Putih.
Sehari-hari tampil berhijab, Rumana seorang wanita muda penuh energy. Di Gedung Putih dia termasuk satu dari empat pekerja Muslim paling senior. Dia termasuk tangan kanan dari Benjamin J. Rhodes, Deputi NSA. Sementara Ben Rhodes sendiri adalah orang lama kepercayaan Presiden Obama. Bahkan sejak Obama masih menjadi senator. Dialah penulis skrip pidato Obama untuk urusan kebijakan luar negeri.
Rumana lahir di pinggiran Washington dari Gaithersburg, Maryland. Kedua orangtuanya berdarah Bangladesh. Awalnya, sarjana ekonomi internasional dari George Washington University mengaku tak tertarik bekerja di pemerintahan. Selesai kuliah, dia memulai karir sebagai analis riset pembangunan berbasis gender di Liberia selama enam bulan, Oktober 2009-Maret 2010. Dia membantu Dr Stephen Lubkemann, seniornya di George Washington University. Selanjutnya dia menjadi staf eksekutif dan urusan layana n publik di Kantor Senator Barbara Mikulski (selama tiga bulan). Lantas masuk sebagai pegawai biro perencanaan Departemen Perdagangan hingga Agustus 2011.
Setelah itu dia direktur Gedung Putih. Mula-mulai sebagai analis senior Gedung Putih. Kemudian dipercaya menjadi Executive Assistant yang membantu Valerie Jarret yang menjabat Deputy Assistant President dan Direktur Layanan Publik Gebung Putih. Dan, terhitung mulai Juni 2014 dia diangkat menjadi advisor Deputi NSA.
Rumana mulai tertarik membantu Obama saat berkampanye pada musim panas tahun 2008. Dia terkesan dengan pernyataan-pernyataan Kandidat Presiden dari Demokrat yang dinilainya menjanjikan harapan dan perubahan. ‘’Saya terpanggil untuk hidup dalam aktivitas layanan public,’’ ungkapnya sebagaimana dikutip Al-Arabiya yang dipublikasi di GontorNews.com (13/3).
Melalui karya-karyanya di Gedung Putih, ia bisa berkomunikasi dengan banyak orang. Keterampilannya membangun relasi dengan Gedung Putih membantunya bisa mengetahui komunitas Muslim sendiri.
Di Gedung Putih, Rumana terlibat dalam penanganan berbagai program. Anatra lain, Muslim American & Arab American Outreach, Champions of Change Program,, dan Presidential Citizens Medal. Selain membantu Rhodes dan Jarret, dia juga pernah menjadi asisten Jon Carson dan Paulette Aniskoff.
Champions of Change, menurutnya, sangat mengesankan karena terkait dengan kehidupan sehari-hari warga AS. “Tujuannya adalah mengangkat warga biasa Amerika, misalnya membantu kampanye untuk mencegah kekerasan senjata api atau masalah layanan kesehatan,” ujar Rumana. Program ini juga mengajak masyarakat untuk saling berbagi sumber daya dan kemampuan.
Ben Rhodes menilai Rumana contoh sempurna yang mewakili nilai-nilai yang dianut Amerika Serikat. “Rumana contoh kisah sukses khas Amerika.Saya sangat mengandalkannya. Dia sangat mendukung pekerjaan kami setiap hari. Mulai dari dukungan untuk kewirausahaan global hingga keterlibatan kami dengan komunitas Muslim, upaya menyeimbangkan Asia hingga normalisasi hubungan dengan Kuba,” ungkap Rhodes.
Rumana, lanjut Rhodes, adalah sosok yang sangat menghargai negara dan kepercayaannya, serta menunjukkan bahwa mencintai keduanya, negara dan kepercayaan, bisa berjalan beriringan.
Tentang pekerjaannya, Rumana berkomentar: ‘’Itu benar-benar menarik. Saya harus mengangkat suara dan mengajak orang, seperti saat buka puasa dalam acara keliling Presiden tahun lalu. Klaau melihat ke belakang, saya tidak pernah benar-benar menyadari bahwa saya bagian dari anak muda Muslim di Amerika”
Pasca peristiwa Tragedi 11 September 2001, di pernah menghadapi masalah diskriminasi dan pelecehan agama. “Waktu itu, saya baru saja mulai menutupi rambut saya di sekolah umum. Syukur, itu tak berlangsung lama. Kini tidak pernah ada masalah,” katanya tersenyum.
Justru, lanjutnya, “dengan berhijab saya benar-benar merasa diberdayakan. Awalnya memang terasa lain. Tetapi, Ben, bos saya, telah memberi saya kesempatan untuk berada dekat presiden. Saya tetap bisa berkaris, meski saya sedirian sebagai perempuan berjilbab.”
Tentang jilbab, aktor Adam Scott pernah memujinya. Aktor itu bertanya tentang latar belakang saya, pengalaman saya bekerja di sini, dan menutupi rambut saya. Lantas, dia berkata: “Saya ingin anak saya tumbuh menjadi Anda.”
Rumana mengatakan posisinya di Gedung Putih adalah simbol dukungan Pemerintah AS terhadap keragaman, termasuk umat Islam. Saat perjalanan resmi ke sebuah konferensi di Maroko, anak-anak muda Palestina mendekatinya dan menyatakan ketidakpercayaan bahwa Gedung Putih bisa mempekerjakan Muslimah berjilbab.[FR]