Kebutuhan kuliah yang kian bertambah, membuat Puji Utomo (22) harus tinggal di masjid sebagai marbot di daerah Pogung Utara, Yogyakarta. Ia mengabdikan diri untuk anak-anak yang belajar TPA di masjid.
“Tinggal di masjid artinya saya juga harus mengabdi kepada masjid. Saya mengajar anak-anak TPA, membersihkan masjid, dan membantu kegiatan masjid lainnya,” kata pemuda yang tiap berangkat kuliah menggunakan sepeda ontel ini.
Selain menjadi marbot, Puji juga mencari uang tambahan dengan mengajar di beberapa tempat bimbingan belajar. Dia bahkan sempat mengajar anak-anak difabel. Uang hasil mengajar tersebut dia tabung sedikit demi sedikit hingga lulus.
Hasil tabungannya dari sisa uang saku beasiswa, digunakan untuk tambah modal usaha bisnis ikan ayahnya yang sempat merugi. “Alhamdulillah sekarang usaha bapak sudah lancar,” kata Puji.
Walaupun berasal dari keluarga tidak mampu, impian dan semangatnya untuk meraih cita-cita demi menggapai masa depan tak pernah padam. Ketekunannya belajar akhirnya terbukti dengan diterimanya dirinya di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan beasiswa hingga lulus.
Bahkan selama kurang lebih empat tahun, Puji pun membuktikan bahwa mahasiswa dari keluarga kurang mampu bisa lulus dengan predikat Cumlaude pada wisuda sarjana UGM, Juli 2015. Dirinya bahkan menjadi lulusan terbaik dari Fakultas Teknik dengan IPK 3,86.
Ayah dan ibunya adalah seorang penjual ikan di Pasar Juwana Pati. Setiap hari kedua orang tuanya berangkat tengah malam dan pulang keesokan harinya. Anak dari Pasangan Waso dan Rudiah ini mengaku dari enam saudaranya, hanya dirinya sendiri yang menikmati bangku kuliah. Keterbatasan ekonomi menyebabkan kakak-kakaknya memilih langsung bekerja dan menikah setelah tamat sekolah.
Ketika diterima di UGM pun sempat ada rasa kuatir dari orangtuanya, walaupun kuliah gratis tapi bagaimana Puji dapat hidup di Jogja nantinya. Kekhawatiran tersebut ditepis oleh Puji, sebelum berangkat dia berjanji kepada orangtuanya untuk tidak akan meminta uang saku. “Dari uang beasiswa saya dapat Rp 600.000 per bulan, sangat membantu untuk hidup di Jogja. Uang itu saya pakai untuk makan dan memenuhi keperluan kuliah,” ujar Puji.
Mahasiwa angkatan 2010 ini pun bisa lulus dengan predikat Cum Laude dengan IPK 3,86. Kini setelah lulus, Puji berencana untuk kembali ke desanya di Bakaran Wetan, Juwana, Pati.”Saya ingin ikut gerakan sarjana pulang bangun ke desa,” kata Puji. [fathur-humas ugm]