SUARAMASJID | Jakarta — Ketua Umum Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-Ulama), Ustadz Muhammad Yusuf Martak mengatakan Ijtima’ Ulama dan Tokoh Nasional tidak akan merekomendasikan nama Capres dan Cawapres, melainkan hanya menjelaskan kriteria pemimpin yang layak dipilih oleh umat Islam.
“Bahkan, Ijtima Ulama dan Tokoh Nasional tidak mengarah pada satu calon, tapi mendengar aspirasi dan usulan dari para ulama dan tokoh nasional yang hadir, terutama terkait Pilpres dan Pileg,” katanya dalam Jumpa Pers di Jakarta, Senin (23/7/2018).
Ijtima’ Ulama yang diselenggarakan 27-29 Juli 2018 mendatang di Jakarta, juga mengupayakan pertemuan dengan partai yang punya kepentingan umat Islam untuk membangun koalisi. Akan tetapi, bukan partai penista agama.
Oleh Karena itu, tokoh nasional yang diundang memiliki kesamaan visi-misi. Peserta Ijtima’ Ulama sendiri minimal setiap provinsi diwakili oleh dua orang.
“Jadi, sebetulnya bukan ormas-ormas Islam, tapi ada yang mewakili ormasnya masing-masing. Mengenai tempat, belum kita informasikan, yang jelas dilaksanakan di Jakarta. Untuk meliput acara ini nanti, para jurnalis muslim akan disediakan media center,” ungkap Yusuf.
Sementara itu, Imam Besar Habib Rizieq Syihab dikabarkan tidak akan hadir dalam Ijtima’ Ulama dan Tokoh Nasional. Dikarenakan, hingga saat ini masih berada di negeri hijrah, Saudi Arabia. Kendati demikian, Habib Rizieq akan menerima apapun hasil yang diputuskan Ijtima’ Ulama dan Tokoh Nasional nanti.
“Habib Rizieq berpesan, agar Ijtima Ulama dipercepat. Adapun peran beliau, tidak dalam kapasitas menentukan calon pemimpin muslim. Beliau akan menerima usulan dan aspirasi yang disampaikan para ulama dalam Ijtima’ Ulama dan Tokoh nasional nanti,” kata Yusuf. (muaz)