Masjid menjadi sumber inspirasi Elang Gumilang. Kini ia menjadi Milyarder muda. Pengahrgaan pun ia dapatkan karena presta sinya yang luar biasa. Bagaimana kisahnya?
Ada tiga cara untuk menjadi orang kaya yaitu terlahir dari keluarga kaya, menikah dengan pasangan yang kaya, dan berusaha sungguh-sungguh. Jalan ketigalah yang dipilih oleh Elang Gumilang, peraih gelar Wirausahawan Muda Mandiri 2007 ini.
Bagi Elang, kesuksesan tidak mutlak milik pemodal besar atau pebisnis kawakan. “Keberhasilan datang karena usaha yang sungguh-sungguh, kemandirian dan doa yang selalu menyertai,” ujarnya.
Mungkin belum banyak yang tahu jika ide-ide kreatif Elang lebih banyak lahir dari masjid. Sejak semester lima, Elang tinggal di sebuah masjid yang berada di dekat terminal Bogor.
Siang hari ia sibuk dengan aktivitas kuliah dan bisnis, namun ketika malam tiba, ia menjadi pelayan Tuhan, dengan menjadi penjaga masjid. Di rumah Allah itu, setiap malam Elang selalu bermunajat kepada Sang Maha Kaya, agar dirinya memiliki jiwa yang mandiri dan berguna bagi orang lain.
Tidak hanya itu, semua pekerjaan yang menjadi tugas pengurus masjid juga ia lakukan, mulai dari membersihkan masjid, menjaga pintu, membuka dan menutup pintu pagar untuk orang-orang yang akan shalat Subuh. ”Semua saya lakukan dengan ikhlas,” ujarnya.
Meskipun berat, Elang mengaku banyak mendapat kekuatan pemikiran dan kemandirian yang luar biasa. Bagi Elang, masjid selain sebagai sarana ibadah, juga tempat yang sangat mustajab untuk merenung dan memikirkan strategi bisnis.
”Dalam halaman masjid itu juga ada pohon pisang dan di sampingnya gundukan tanah. Saya anggap itu adalah kuburan saya. Ketika saya punya masalah saya merenung kembali dan kata Nabi, orang yang paling cerdas adalah orang yang mengingat mati,” ujarnya.
Kebiasaan menjalankan aktivitas di masjid tetap berlangsung hingga ia memiliki banyak usaha. Bahkan tak jarang Elang menjadikan emperan masjid sebagai tempat meeting, kumpul dengan teman-temannya untuk membahas seputara bisnis atau pun kegiatan lainnya seperti tentang kegiatan kepemudaan. Ia berharap dari masjidlah muncul gerakan-gerakan yang bisa memberikan inspirasi bagi pemuda-pemudi di masjid.
Kegiatan kumpul di masjid ini ia lakukan setiap kali ia dalam perjalanan ke beberapa daerah. Untuk mengumpulkan beberapa teman,ia menggunakan fasilitas masjid untuk tempat silaturahim. Biasanya, Elang bersama teman-temannya duduk melingkar seperti sedang mendengarkan pengajian dari seorang ustadz. Kami sering melakukan diskusi di masjid-masjid dengan teman-teman,” paparnya.
Di masjid pulalah, Elang terdorong untuk membangun property dengan harga terjangkau bagi kaum lemah. ”Hanya dengan DP Rp 1,25 juta dan cicilan Rp 90.000 ribu per bulan, mereka sudah memiliki rumah sendiri,” ungkapnya.
Salah satu nasihat yang tersirat di sudut halaman masjid adalah adanya pohon pisang dan terdapat gundukan tanah hitam. Bagi Elang, gundukan tanah itu menyerupai kuburan sehingga ia merasa selalu ingat kepada kematian. “Nabi selalu mengatakan, orang yang paling cerdas adalah orang yang mengingat kematian,” ujarnya.
Dengan kehidupan yang serba ada seperti saat ini, Elang semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Wujud syukur ia aplikasikan dengan menyisihkan 10 persen untuk kegiatan amal. “Uang yang 10 persen itu saya masukkan ke BMT (Baitul Mal Wa Tanwil) pribadi, dan saya alokasikan untuk membantu orang-orang miskin dan orang yang kurang modal,” bebernya.
Ada peristiwa yang tidak mungkin bisa dilupakannya. Saat itu datang penjual koran yang menawarkan dagangannya sambil memaksa. Dengan agak terpaksa, ia pun terpaksa membeli koran itu.
Siapa sangka, melalui koran itu ia mendapatkan informasi adanya ajang perlombaan Wirausahawan Muda Mandiri yang diselenggarakan oleh salah satu bank swasta. Elang pun bergegas mengikuti perlombaan bergengsi itu.
Alhamdulilah, akhirnya ia terpilih sebagai Wirausahawan Muda Mandiri 2007. Alasannya, pribadi Elang dinilai menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk mengembangkan wirausaha. Siapa menyusul??
Mandiri Sejak Remaja
Sosok Elang Gumilang menjadi sosok yang penuh inspiratif. Kesuksesan yang ia raih saat ini tidak ia dapatkan begitu saja, melainkan ada rentang waktu dan proses yang tidak ringan saat melaluinya.
Bayangkan, sejak masih duduk di bangku kelas III SMA 1 Bogor, Elang mulai berbisnis kecil-kecilan yaitu dengan berjualan donat keliling di sekolah. Hal itu dilakukannya tanpa sepengetahuan orangtuanya.
Dari hasil berjualan donat itu minimal ia dapat mengumpulkan uang 50 ribu rupiah per hari. Sayangnya, bisnis itu tidak berjalan lama karena kedua orangtua Elang, Misbah dan Priyanti, melarang kegiatan tersebut karena khawatir mengganggu studi Elang.
Ketika masuk kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB), jiwa wirausaha Elang tetap membara. Pada semester pertama, pria kelahiran 6 April 1985 ini mencoba usaha jualan sepatu.
Ia menawarkan ke asrama mahasiswa, para dosen, tempat olahraga dan tempat latihan silat. Dengan modal Rp1 juta, omzetnya bisa mencapai 2-3 juta. “Untungnya lumayan,” ujar Elang.
Sayangnya, usaha tersebut harus terhenti karena ia sering ditipu partner bisnisnya yang selalu memberi sepatu merek palsu. Meski demikian, ia tidak putus asa untuk tetap berbisnis.
Bisnis selanjutnya yang ia jalani adalah menjadi suplayer lampu. Sebab, Elang sering melihat lampu-lampu di kampus banyak yang mati. Untuk menjalankan bisnis ini, Elang mengajukan proposal penawaran kepada perusahaan lampu kelas Internasional untuk menyuplai lampu kampus.
“Alhamdulillah proposal saya goal, dan sekali mengirim untungnya bisa mencapai Rp15 juta,” ujar Elang bangga. Apa boleh dikata, perputaran uang di bisnis ini sangat lamban. Sebab untuk mendapatkan tender berikutnya ia harus menunggu lampu-lampu itu rusak atau mati.
Langkah selanjutnya, Elang mencoba bisnis minyak jelantah yang secara kebetulan di daerah sekitar kampus dan tempat tinggalnya banyak berdiri warung kaki lima.
Alhasil, setiap pagi Elang mengantar jerigen minyak ke warung-warung langganannya sambil berangkat kuliah, dan mengambilnya kembali setelah pulang kuliah. Mental Elang kembali diuji ketika salah satu dosennya mengatakan, bisnis mahasiswa itu menggunakan otak bukan otot.
Tak kuasa dengan kritikan itu, Elang pun berhenti jadi tukang minyak dan mendirikan lembaga kursus bahasa Inggris. Menurutnya bisnis ini sangat prospektif. Selain dibutuhkan banyak orang, Elang juga bisa memberdayakan beberapa mahasiswa di kampus yang fasih berbahasa internasional itu.
Agar tidak kembali gagal dalam bisnis, Elang menyempatkan diri menjadi tenaga marketing sebuah perusahaan property. Karena dinilai berhasil, akhirnya ia dipercaya menangani tender pertama senilai Rp162 juta di daerah Slipi, Jakarta Barat.
Sukses dengan tendernya, Elang dipercaya menangani tender-tender lain yang lebih besar. Saat itu Elang memainkan strategi kerjasama dengan para pemilik rekening koran, menggunakan penjaminan dan menerapkan sistem bagi hasil.
Setelah matang mempelajari bisnis property, Elang membangun Elang Group yang sekarang telah menggarap property di Griya Salak Endah, Griya PGRI Ciampea Endah 4, Gemilang Property Lido 2, Jaya Bakti Permai, Taman Griya Asri. [FR]
BIODATA
Nama : Elang Gumilang
Tanggal lahir : 6 April 1985
Orangtua : H Enceh dan Hj Prianti
Pendidikan : Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB 2003
Prestasi :
– Juara Pidato Bahasa Sunda SMP Se-Bogor tahun 2000
– Juara Harapan I LCT SRIBADUGA SMP Se-Jabar tahun 2000
– Juara Java Economics FEM IPB SMU se-Jawa tahun 2003
– Juara Kompetisi Ekonomi FE UI SMU se-Jabodetabek tahun 2003
– Juara 3 Marketing Games FE USAKTI Nasional
– Wirausaha Muda Mandiri Terbaik Indonesia Tahun 2007
– Pemuda Pilihan 2008 TV One (memperingati 80 tahun Sumpah Pemuda)
– Indonesia’s Top Young Entrepreuner 2008
– 8 Tokoh Inspirasi 2009 Versi Tempo
– Finalist Liputan 6 Aaward SCTV 2010
– Pemuda Andalan Nusantara 2010 dari KEMENEGPORA RI
– Asia Pasific Enterpreneur Award 2010
– Finalist Ernst & Young Enterpreneur Award 2010