Husen bin Salam demikian nama sebelum masuk Islam, ketika bersyahadat di depan Rasulullah, Rasulullah menggati namanya menjadi Abdullah bin Salam. Sebelumnya, Abdullah adalah Kepala Pendeta Yahudi di Madinah.
Husen sebelum masuk Islam adalah sosok yang jujur dana dihormati. Ia banyak pergunakan waktunya untuk belajar dan ibadah di sinagog Yahudi. Ia juga senang membaca Taurat dan menghabiskan waktunya di kebun untuk merawat dan membersihkan tanaman.
Setiap kali menemukan ayat Taurat yang mengabarkan tentang kedatangan seorang nabi di Madinah, ia selalu membacanya berulang-ulang dan merenunginya. Dipelajarinya lebih mendalam tentang sifat-sifat dan ciri-ciri nabi yang ditunggu-tunggunya itu. Ia sangat gembira ketika mengetahui orang yang ditunggunya itu telah muncul dan akan berhijrah ke Madinah.
Ketika Nabi SAW telah tiba di Madinah ia mencocokkan sifat-sifatnya dengan yang ia ketahui dari Taurat. Begitu mengetahui persamaan tersebut, ia yakin benar bahwa orang yang ia tunggu telah datang. Namun hal itu ia rahasiakan terhadap kaum Yahudi.
Ketika Rasulullah tiba di Madinah dan Quba’, seorang juru panggil berseru menyatakan kedatangan beliau. Saat itu Husen sedang berada di atas pohon kurma. Bibinya, Khalidah binti Harits, menunggu di bawah pohon tersebut. Begitu mendengar kedatangan Rasulullah, ia berteriak, “Allahu Akbar, Allahu Akbar!”
Husen pun lalu bergegas menemui Rasulullah yang sedang dikerumuni orang banyak. Setelah berdesak-desakan. Husen memandangi Rasulullah dengan seksama. Ia yakin, wajah beliau tidak menunjukkan raut pembohong. Perlahan Husen mendekat seraya mengucapkan dua kalimah syahadat.
Rasulullah bertanya padanya, “Siapa namamu?” “Husen bin Salam,” jawabnya. “Mestinya Abdullah bin Salam,” kata Rasulullah mengganti namanya dengan yang lebih baik.
Setelah bersyahadat, Abdullah bin Salam pulang. Lalu mengajak keluarganya untuk memeluk Islam. Abdullah meminta keluarganya untuk merahasiakan keislaman mereka dari orang-orang Yahudi hingga waktu yang tepat.
Suatu hari, Abdullah berbicara dengan Rasulullah tentang orang-orang Yahudi. Abdullah menceritakan bagaimana orang-orang Yahudi adalah suka berbohong dan dusta. “Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang Yahudi itu kaum pendusta. Jika mereka mengetahui keislamanku sebelum engkau bertanya kepada mereka, tentu mereka akan menyebutku pendusta,” ujar Abdullah.
Tak berapa lama, beberapa orang Yahudi mendatangi Nabi SAW, segera saja Abdullah bersembunyi. Rasulullah bertanya kepada orang-orang Yahudi, “Bagaimana kedudukan Abdullah bin Salam di antara kalian?” Mereka menjawab, “Dia adalah orang yang terpandai di antara kami.”
“Bagaimana pendapat kalian jika Abdullah bin Salam telah memeluk Islam?” Nabi SAW bertanya. Mereka menjawab, “Semoga Allah melindunginya dari hal tersebut!”
Mereka mengulang ucapan tersebut sampai dua atau tiga kali. Segera saja Abdullah bin Salam keluar dari persembunyiannya dan mengucapkan syahadat menyatakan dirinya sebagai seorang muslim di hadapan kaumnya.
Benar apa yang dikatakan Abdullah bin Salam sebelumnya bahwa orang Yahudi itu pendusta. Segera saja mereka mencaci maki dirinya, dan berkata kepada Nabi SAW, “Dialah orang yang terburuk di antara kami, anak dari orang yang terburuk di antara kami…”
Sahabat Sa’d bin Abi Waqqash pernah menyatakan, bahwa Nabi SAW menyebutkan Abdullah seorang penghuni surga yang sedang berjalan di muka bumi. Abdullah yang dirujuk sebagai saksi dari Bani Israil yang mengakui kebenaran Islam.
Setelah keislamannya tersebut, Abdullah bin Salam mengajak dua keponakannya, Salamah dan Muhajir untuk memeluk Islam. Ia berkata, “Kalian berdua tahu bahwa Allah telah berfirman dalam Taurat, bahwa Dia akan mengutus dari keturunan Ismail, seorang Nabi bernama Ahmad. Siapa yang mengikutinya ia telah mendapat hidayah, dan siapa yang tidak iman kepadanya akan dilaknat. Hendaklah kalian memeluk Islam.”
Maka Salamah memeluk Islam dan Muhajir menolaknya. Menurut satu riwayat, peristiwa ini menjadi asbabun nuzul dari Surah Al Baqarah ayat 130. [FR-bbs]